DAFTAR ISI
Daftar Isi....................................................................................................................................i
Kata pengantar.........................................................................................................................ii
BAB I : Pendahuluan
A. Latar
belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan
masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1
BAB II : Pembahasan
A.
Islam sebagai
agama.................................................................................................2
B. Islam sebagai
peradaban...........................................................................................5
BAB III : Penutup KESIMPULAN........................................................................................................................9
DAFTAR ISI..........................................................................................................................10
i
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah pada mata kuliah studi Islam. Kami juga menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca semuanya demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini ke depannya.
Jakarta, 2016
PEMAKALAH
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Nabi Muhammad
SAW yang merupakan seorang revolusioner akhlak bangsa Arab yang penuh dengan
kekacauan menuju kepada keteraturan melalui ajaran yang dibawa yaitu agama
Islam, sesuai dengan ungkapannya bahwa nabi Muhammad diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia, secara kontekstual tidak hanya pada masa
hidupnya, melainkan ajaran yang dibawanya merupakan sebuah sarana untuk
menyempurnakan nilai akhlak hingga saat ini yaitu dengan ajaran agama Islam.
Melihat
urgensi peranan agama Islam tersebut dalam korelasinya dengan aneka
permasalahan yang telah diuraikan, maka terkait dengan nilai Islam di dalam
kehidupan serta berkaitan dengan materi mata kuliah Studi Islam dalam
pembahasan Islam sebagai agama peradaban.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam sebagai agama ?
2. Bagaimana Islam sebagai peradaban ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Islam sebagai agama.
2. Untuk mengetahui Islam sebagai peradaban.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Islam Sebagai Agama
1. Makna Islam sebagai agama
Islam berasal
dari bahasa Arab, Islam yang artinya tunduk, taat, dan patuh kepada
perintah Allah SWT, salima yang artinya selamat dan sejahtera, dan dari
kata silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.[1] Di dalam kamus bahasa indonesia Islam adalah
agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang ajarannya berdasarkan pada Al-quran
dan Hadis.
Menurut Khurshid Ahmad dalam bukunya Prinsip-prinsip Pokok Islam, memberikan definisi bahwa islam adalah penyerahan diri dan kepatuhan
secara total kepada Allah, sehingga akan memperoleh kedamaian sejati, baik
kedamaian jasmani maupun rohani.[2]
Menurut Muhammad dalam bukunya Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, mendefinisikan bahwa Islam adalah agama yang
diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum
yang mengatur hubungan segitiga antara manusia dengan Allah, hubungan manusia
dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.[3]
Menurut Muhaimin dalam bukunya Kawasan dan Wawasan Studi Islam, memberikan definisi bahwa Islam adalah
penyerahan diri kepada Tuhan, mengajak kepada perdamaian dan keamanan dengan
Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam, serta bersih dan selamat dari
kecacatan, sehingga akan memperoleh kenikmatan dunia dan akhirat.[4]
Muhammad Ali
menyatakan bahwa Islam sebagai agama merupakan bentuk agama yang mengajak
kepada perdamaian dan kerukunan atau persatuan.[5]
2
Menurut Hasbi
Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa Islam sebagai agama adalah suatu kumpulan
peraturan yang ditetapkan Allah untuk menuntun para umatnya memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.[6]
Nilai-nilai
kemanusiaan yang diusung agama Islam
Islam memiliki dua sumber hukum yang dijadikan sebagai
pedoman hidup, yaitu Al-quran dan
hadis. Dengan berpedoman kepada kedua sumber
tersebut islam akan melahirkan nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal, antara lain
sebagai berikut:
a.
Hak Hidup
Islam sangat
menjunjung tinggi hak hidup bagi manusia dan menjaganya dengan pendidikan,
bimbingan, keputusan-keputusan hukum dan dengan berbagai penegasan fikriyah,
kejiwaan dan sosial. Islam memandang hidup merupakan sebuah karunia dari Allah
di mana seseorang tidak boleh mengambil atau merampasnya dari orang lain.
b.
Hak Beragama
Islam
mengakui bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memeluk agama yang
dipercayainya, temasuk mengamalkannya. Islam juga memberikan perlindungan
terhadap non-Muslim yang ketentuan perlakuan terhadap mereka dijamin dalam
hukum islam. Dalam Alquran ditegaskan:
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS.
Albaqarah : 256)
3
c. Hak
Berpendapat
Agama islam
sangat menghormati akal dan pikiran manusia, meletakkan akal pada tempat yang
terhormat, dan menyuruh manusia mempergunakan akalnya untuk memikirkan keadaan
alam. Dengan akal tersebut islam memberikan hak untuk berpikir dan
kebebasan mengeluarkan pendapat.
Dalam
Alquran banyak ayat-ayat yang menyuruh umat manusia supaya menggunakan akal dan
pikiran untuk mempelajari ciptaan ilahi, menyelidiki rahasia-rahasia alam dan
memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup manusia. Di antaranya firman Allah:
Artinya: “Maka Apakah mereka
tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia
ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan bumi bagaimana ia
dihamparkan”.(QS. Al-Ghasyiyah :
17-20)
4
Dalil
Alquran tentang Islam sebagai agama
Artinya
: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa, karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.
Al Maidah : 3)
Peran Islam di dalam Kehidupan
Agama
merupakan sumber sistem nilai dan merupakan petunjuk, pedoman, dan pendorong
atau motivasi bagi manusia untuk memecahkan segala bentuk permasalahan dalam
setiap aspek kehidupan, dalam kata lain agama menjadi solusi dalam setiap
permasalahan manusia sehingga agama dapat terbentuk ke dalam setiap pola hidup,
tujuan hidup, dan perilaku atau tingkah laku manusia yang dilakukan manusia
karena menginginkan serta mengharapkan keridhaan dari Tuhan yang diyakini dapat
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan yang diharapkan .
B. ISLAM SEBAGAI PERADABAN
Peradaban dalam bahasa Arab juga disebut dengan “al-hadārah” atau “al-madaniyyah”.
Akar kata al-hadārah adalah al-hadar, al-hadrah, al-hādirah
yang berarti kota. Sedangkan al-madaniyyah itu berakar dari kata “al-madīnah”
yang juga berarti kota.
Dalam bahasa
Inggris, kata peradaban identik dengan istilah civilization. Ada juga
yang berpendapat bahwa kata civilization berasal dari kata “city”
yang berarti kota. Sebagian lainnya berpandangan bahwa istilah tersebut adalah
serapan dari bahasa Yunani dari kata civitas yang juga berarti kota.
Ada pula yang berpendapat kata zivilization
pertama kali muncul dari bahasa Prancis pada tahun 1734 terbentuk dari kata civilise
yang berarti bersifat perkotaan.
Seiring
berkembangnya ilmu antropologi dewasa ini,kedua istilah diatas,yaitu
kebudayaan dan peradaban dibedakan.Kebudayaan adalah sebuah bentuk ungkapan
mengenai semangat mendalam komunitas masyarakat.Sedangkan peradaban terkait
dengan manifestasi-
5
manifestasi
kemajuan mekanis dan teknologis dalam masyarakat.Jika kebudayaan terefleksi
dalam agama,moral dan seni serta
sastra,maka peradaban banyak direfleksikan dalam politik,ekonomi dan teknologi.[7]
Menurut Ibn
Khaldun sebagaimana dikutip oleh Nasr Muhammad ‘arif dalam mendefinisikan
peradaban secara etimologis sebagai al-Hadarah yang sama artinya dengan
civilization mengenai perkembangan sebuah Negara dan masa pemerintahannya.
Selain
pemaknaan di atas, dalam perspektif yang berbeda,
A.A.A. Fyze menjelaskan bahwa civilization berasal dari kata civies atau
civil, yang mempunyai arti menjadi kewarganegaraan yang maju. Sehingga dalam hal ini, peradaban mempunyai dua makna, yaitu: proses menjadi beradab, dan suatu bentuk (tingkat) masyarakat yang sudah maju yang ditandai dengan gejala kemajuan di bidang
sosial-politik, seni-budaya, dan teknologi .[8]
Tinjauan
etimologis dari beberapa bahasa tersebut mengerucut pada makna yang sama yaitu
“kota”. Hal ini menunjukkkan bahwa kota adalah pusat peradaban. Segala bentuk
peradaban manusia umumnya lahir dan berkembang di tengah masyarakat perkotaan.
Sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Khouldun dalam karya monumentalnya berjudul al-Muqaddimah
bahwa suatu peradaban terbangun dari berbagai kreasi, olah pikir, tradisi,
hukum, politik, kegiatan ekonomi, gaya hidup, ilmu pengetahuan, seni dan
interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat perkotaan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka dan mencapai cita-cita sosial mereka.
al-Tuwayjiriy berpendapat bahwa peradaban Islam
adalah peradaban yang dihasilkan dari akulturasi berbagai kebudayaan masyarakat
pemeluknya yang dipersatukan dalam keimanan dan kepatuhan dalam ajaran
Islam.
Berdasarkan definisi di atas,
al-Tuwayjiri lantas membagi peradaban Islam dalam dua aspek, yaitu:
1, Hadārah at-khalq
wa at-ibdā’ (peradaban yang tercipta dan orisinal), yaitu peradaban yang
murni bersumber dari ajaran Islam,
2. Hadārah
at-Ba’th wa at-Ihyā’ (peradaban kebangkitan dan pengembangan), yaitu
peradaban yang dihasilkan dari kreasi, pemikiran, dan penemuan umat Islam
sebagai bentuk pengembangan dan kemajuan.
6
Selain itu,
menurut Durrant sebagaimana dikutip oleh Al-Tuwayjiriy, peradaban meliputi empat
bagian pokok, yaitu sumber-sumber ekonomi, tatanan politik, tradisi moral dan
khazanah ilmu dan seni. Sedikit berbeda dengan
al-Tuwayjiri, menurut Syalabi sebagaimana dikutip oleh Ajid Tahir, ia lebih
cenderung membagi peradaban Islam dalam tiga aspek,yaitu:
1. Hadārah
at-duwal wa at-tarih (peradaban Negara dan sejarah), yaitu pola peradaban
yang mengembangkan bangunan suatu kenegaraan dan pemerintahan.
2. Hadārah at-tajribiyyah
wa at-muktasabah (peradaban eksperimentasi dan adopsi), yaitu pola
pengadopsian berbagai peradaban luar Islam, yang telah ada sebelum Islam lahir,
seperti dalam bidang filsafat, kedokteran, ilmu pasti, dan lain-lain.
3. Hadārah at-Islamiyah
al-Ashliyyah, yaitu peradaban yang bersumber dan dibawa oleh kewahyuan
Islam sendiri. Peradaban orisinal ini, menurut Syalabi, meliputi aspek-aspek
penting, diantaranya keimanan (akidah dan akhlak), politik (siyasah),
ekonomi (iqtisad), kehidupan sosial (al-hayat al-ijtima’iyah),
dan hubungan antarbangsa.[9]
B. Prinsip dan Karakteristik islam dan peradaban dunia
Keunggulan peradaban Islam tersebut
sangat terkait dengan prinsip-prinsip dan beberapa karakter yang mendasarinya.
Diantara prinsip-prinsip dan karakteristik tersebut adalah :
- Prinsip utama yang juga menjadi inti dari peradaban Islam adalah Tauhid, yaitu pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Alloh SWT yang Maha Esa, Maha Pencipta, dan pusat dari seluruh kehidupan.[10]
- Peradaban Islam bersifat humanis dan kosmopolitan. Humanis dalam arti Islam sangat menjaga hak-hak dan nilai-nilai kemanusiaan. Kosmopolitan berarti Islam sangat menghargai perbedaan dan keragaman manusia dan masyarakatnya. Kosmopolitanisme tersebut, menurut Abdurrahman Wahid, termanifestasikan dalam beberapa ajaran utama, seperti dihapuskannya batasan etnis, kuatnya pluralitas budaya, heterogenitas politik, dan lain-lain. Prinsip kosmopolitanisme itulah yang diakui oleh sejarawan besar, Arnold J. Toynbee, sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Wahid, menjadi salah satu faktor utama yang mengangkat peradaban Islam ke tingkat yang sangat tinggi.[11] Peradaban Islam sangat menjunjung tinggi prinsip moral (akhlaq). Dalam sistem dan interaksi sosial, dalam hukum dan perundang-undangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan lain-lain, moralitas selalu menjadi salah satu pondasi utama. Tidak ada suatu sistem budaya yang lebih tinggi perhatiannya terhadap moralitas dari pada peradaban Islam. Karena, sebagaimana ditegaskan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, bahwa Islam lahir untuk tujuan memperbaiki moralitas manusia. Uniknya lagi, etika dan nilai-nilai moralitas yang diajarkan dan diteladankan oleh Nabi SAW hingga sekarang secara umum tetap diterapkan tanpa ada perubahan secara signifikan.
7
- Peradaban Islam sangat mengedepankan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah tercatat bahwa peradaban Islam mencapai golden age ketika berhasil mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan jauh lebih tinggi daripada peradaban-peradaban lain. Sepanjang abad ke-8 hingga abad ke-13, muncul banyak ilmuwan besar Muslim dengan karya dan penemuan monumentalnya dalam berbagai bidang. Sejarah mencatat nama-nama ilmuwan besar Muslim yang memiliki peran besar dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya dalam bidang Astronomi, terdapat ilmuwan besar seperti al-Biruni, al-Battani, al-Fazari dan Abu Ma’shar; dalam bidang matematika terdapat al-Khawarizmi, Omar Khayyam, dan al-Zarqali; dalam bidang kedokteran muncul al-Kindi, al-Razi, dan Ibn Sina; dalam bidang Kimia, lahir Jabir ibn Hayyan dan al-Razi; dalam bidang Geografi terdapat al-Idrisi dan al-Muqaddasi, dan lain-lain. Bahkan dari pencapaian peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan itulah peradaban Barat banyak mengambil inspirasi dalam mengobarkan gerakan reformasi keagamaan di Eropa yang memuncak menjadi gerakan renaissance.
- Salah satu karakteristik unik dari peradaban Islam adalah sifat adaptif dan terbuka dalam menyerap dan mengadopsi unsur-unsur peradaban besar dunia, seperti: Yunani, Persia, India, dan China. Peradaban serapan itu kemudian dikembangkan secara kreatif dan inovatif dengan menonjolkan unsur-unsur Islam. Proses penyerapan dan adopsi ini bersifat alamiah mengingat peradaban-peradaban besar dunia tersebut telah hidup selama ribuan tahun, jauh sebelum Islam mulai berkembang pada abad ke-7. Namun, justru dengan cara inilah peradaban Islam mengalami pencapaian yang gemilang di berbagai bidang termasuk filsafat, sains, teknologi, arsitektur, seni, dan lain-lain.
- Peradaban Islam sangat memegang teguh sikap pluralistik dan toleransi antar umat beragama. Pengalaman ketika Islam memerintah di Spanyol merupakan contoh kongkrit bagaiamana Islam menghormati pluralitas sehingga hidup berdampingan dan saling toleran dengan pemeluk agama lain selama kurang lebih 700 tahun. Sikap dan prinsip ini diakui dan dipuji oleh Bertrand Russel, seorang sejarawan atheis-sekularis militan, dan menilainya sebagai keunggulan peradaban Islam sehingga dapat menguasai belahan luas dunia dalam waktu yang cukup lama.[12]
8
KESIMPULAN
Agama merupakan sumber sistem nilai
dan merupakan petunjuk, pedoman, dan pendorong atau motivasi bagi manusia untuk
memecahkan segala bentuk permasalahan dalam setiap aspek kehidupan, dalam kata
lain agama menjadi solusi dalam setiap permasalahan manusia sehingga agama
dapat terbentuk ke dalam setiap pola hidup, tujuan hidup, dan perilaku atau
tingkah laku manusia yang dilakukan manusia karena menginginkan serta
mengharapkan keridhaan dari Tuhan yang diyakini dapat memberikan kesejahteraan
dan kebahagiaan yang diharapkan. Segala bentuk peradaban manusia
umumnya lahir dan berkembang di tengah masyarakat perkotaan. Sebagaimana
ditegaskan oleh Ibn Khouldun dalam karya monumentalnya berjudul al-Muqaddimah
bahwa suatu peradaban terbangun dari berbagai kreasi, olah pikir, tradisi,
hukum, politik, kegiatan ekonomi, gaya hidup, ilmu pengetahuan, seni dan
interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat perkotaan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka dan mencapai cita-cita sosial mereka.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
H. Mohammad Daud.
2004 Pendidikan Agama Islam, Cet. 5, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ahmad,
Khurshid, dkk. 1989. Prinsip-prinsip Pokok Islam. terjemahan A.
Nashir Budiman dan Mujibah Utami dari judul asli The Islamic Pondation.
Jakarta: Rajawali.
Muhammad, dan
Rois Mahfud. 2008. Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang: Setara Press.
Muhaimin. 2007.
Kawasan dan Wawasan Studi Islam.
Cet.
2, Jakarta: Kencana.
Nata,Abuddin. 2008. Metodologi Studi Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
al-Sharqawi, Effat. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Adib,Khoirul. 2010. Kebudayaan Islam dan Perkembangannya. dalam
Tim Dosen PAI Universitas Negeri Malang. Aktualisasi Pendidikan Islam: Respons terhadap
Problematika Kontemporer. Surabaya: Hilal Pustaka.
Thohir,Ajid. 2004.
Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta: Grafindo Persada.
Al-Faruqi,Ismail
Raji.
2001. Atlas Budaya
Islam: Menjelajah Khasanah Peradaban Gemilang. Bandung:
Mizan.
Wahid,Abdurrahman. 2007.Universalisme
Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban islam dalam
Nurcholis Madjid.
Islam Universal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Madjid, Nurcholis. 2000. Islam:
Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
[1] H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Cet. 5,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, h. 49.
[2] Khurshid Ahmad, dkk, Prinsip-prinsip Pokok
Islam, terjemahan A. Nashir Budiman dan Mujibah Utami dari judul asli The
Islamic Pondation, Jakarta: Rajawali, 1989, h. 16.
[3] Muhammad, dan Rois Mahfud, Al-Islam: Pendidikan Agama Islam
(PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang: Setara Press, 2008, h. 4.
[4] Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet. 2, Jakarta:
Kencana, 2007, h. 70-75.
[5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008, h. 63-64.
[6] H. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam: Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi, Cet. 3, Jakarta: Rajawali, 1992, h. 72.
[8] Khoirul Adib, Kebudayaan Islam dan Perkembangannya,
dalam Tim Dosen PAI Universitas Negeri Malang, Aktualisasi Pendidikan Islam:
Respons terhadap Problematika Kontemporer, Surabaya: Hilal Pustaka, 2010,
H.192.
[9] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam,
Jakarta: Grafindo Persada,2004, 18-20.
[10] Ismail Raji al-Faruqi, Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khasanah
Peradaban Gemilang, Bandung: Mizan, 2001, 57.
[11] Abdurrahman Wahid, Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme
Peradaban islam dalam Nurcholis Madjid, Islam Universal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007,
2-7.